Aku memang termasuk pria yang aneh. Napsuku hanya pada wanita-wanita STW yang suka mengenakan buasana muslimah dan berlibab. Kadang-kadang waktuku habis ke pesta-pesta pernikahan hanya untuk melihat wanita-wanita yang mengenakan pakaian tersebut.. Kehidupan seperti ini membuatku kadang-kadang tersiksa, tapi itulah kenyataan hidup yang harus aku jalani dan aku nikmati. Seperti kata orang keinginan seperti yang aku alami itu merupakan hal wajar dan sulit untuk diperdebatkan apalagi menyangkut selera. Sebagai manusia normal dan sampai dengan usiaku memasuki 20 tahun aku tetap berusaha untuk mendapatkan seorang wanita yang siap menemaniku dan berpakaian serta berdandan sesuai keinginanku.
Aku mencoba untuk memasang iklan melalui kolom iklan baris melalui internet, setelah hampir setahun aku menerima email pertama dari seorang wanita berusia 35 tahun yang menyatakan bahwa dia sangat terharu setelah membaca iklanku dan bersedia untuk menjadi teman saya sekalipun harus mengenakan pakaian dan berdandan sesuai keinginanku, dia juga meninggalkan nomor telepon dan kami berjanji untuk bertemu seminggu kemudian. Ibu Ning telah bersuami saya janji akan menjemputnya setelah mengajar.
Hari itu adalah hari Sabtu jam 11 siang saya sudah ada di depan sekolah sesuai janji di telpon dan menunggu bidadariku keluar dari sekolah. Tepat jam 11.45 Ibu Ning keluar dari sekolah dan telah dandan rapih berjilbab dan licin (jilbab turky) dan busana muslimah, terlihat sangat anggun dan femimin. Saya mengajak Ibu Ning untuk pergi ke suatu apartemen daerah Jakarta Selatan agar lebih privacy ngobrolnya dan juga saya bisa sepuasnya memandang sang bidadari.
Sesampai di apartemen kami mengobrol panjang lebar mengenai kehidupan keluarga masing-masing dan juga kehidupan pribadi kami. Saya menceritakan ke Ibu Ning mengenai keinginan saya dan berterimakasih kepadanya atas kesediaannya untuk menemani saya. Sesudah ngobrol panjang lebar saya meminta Ibu Ning agar saya diperbolehkan untuk mencium keningnya.
Saat saya mencium kenig ternyata tangan saya ditarik untuk memegang susunya yang ternyata mulai mengeras, namun belum sempat membuka busana muslimah Saya katakan kepada Ibu Ning bahwa saya sebenarnya hanya mengagumi wanita yang berdandan seperti ini, dan sebatas memandang dan mencium tanda sayang, namun Ibu Ning katakan bahwa justru dia lebih suka dengan pria yang jujur dan tidak grasa grusu dalam masalah sex serta memperlakukan dia dengan lembut.
Suatu hal lagi yang dia sukai juga dari saya adalah badanku yang tinggi 178, berat 74 proporsional dan berambut panjang dan berkulit kuning langsat, sementara Ibu Ning dengan tinggi badan kira-kira 170 berat 53 bra 34 b pantatnya bulat dan kulit putih. Ibu Ning merasa terlindungi disamping itu karena Ibu Ning sudah berkeluarga jadi risikonya cukup kecil karena ada suatu komitment antara kami bahwa urusan keluarga masing masing yang harus didahulukan apabila ada keinginan dari salah satu pihak untuk bertemu. Ibu Ning merasa terlindungi ketika dalam perjalanan dari sekolah menuju apartemen.
Ibu Ning kemudian bertanya apakah saya bisa memijitnya, saya katakan bisa, tapi nggak bisa keras. Kebetulan Ibu ada body lotion yang lembut tolong kamu pijitin Ibu. Kemudian Ibu Ning mengangkat buasana muslimah hingga lutut selonjor ditempat tidur sambil saya pijitin kakinya, makin lama makin ke atas pahanya, sambil sekali-kali mencium keningnya. Kata Ibu Ning bisa nggak Ibu buka aja buasana muslimah atasnya dan kainnya agar lebih mudah memijitnya, saya katakan silahkan aja, kalau menurut Ibu itu lebih mudah. Kemudian Ibu Ning sudah hanya mengenakan rok panjang dan bra namun masih rapih dengan jilbabnya , saya sampai merasa seperti mimpi melihat keindahan tubuh wanita padat berisi namun karena masih mengenakan jilbab jadi masih terpancar aura kewanitaannya, dan membuat saya begitu horny. Ibu Ning menawarkan saya kalau mau buka aja celana panjang dan bajumu biar nggak kusut, dan saya turuti permintaannya. Sayapun mulai memijat lagi dari paha kemudian perlahan lahan mulai ke pangkal paha, Ibu Ning mulai menggelinjang kegelian, namun saya masih bisa menguasai diri untuk berkonsentrasi pada mijit.
Namun mungkin karena terus dibuat geli Ibu Ning kemudian menarik tangan kiriku untuk mulai menyentuh susunya yang berukuran kira-kira 34 b, proporsional dengan tinggi dan beratnya. Setelah 30 menit mijit Ibu Ning minta untuk ke kamar mandi (pipis) sementara saya berusaha menetralisir pikiran saya dengan menonton acara film di TV. Menghadapi wanita semacam Ibu Ning saya harus mampu mengendalikan diri dan membuat dia penasaran, karena seorang wanita apalagi STW memang membutuhkan foreplay yang panjang dan harus berkesan.
Setelah selesai dari kamar mandi Ibu Ning minta untuk diteruskan pijitnya yaitu belakangnya. Sambil memijit belakangnya saya mulai mencium leher dan kadang menjilat kupingnya yang ternyata membuat dia begitu geli dan napasnyapun mulai tidak keruan, dia meminta saya untuk menarik turun CD nya dan sekarang hanya mengenakan rok panjang, BH, dan tentu jilbab. Bau wangi tubuh dan bau kewanitaan begitu membangkitkan gairahku namun aku masih tetap mengontrol diriku agar dalam permainan sex nanti Ibu Ning benar-benar memperoleh servis yang memuaskan, ini penting untuk hubungan jangka panjang.
Tangan kanan saya tetap memijit pundak, sambil sekali-kali menjilat leher, sementara tangan kiri saya mulai mengelus putingnya yang sebesar kacang merah, dan membuat Ibu Ning makin meronta karena geli, kemudian dia bisikan ke saya bahwa baru sekali ini dia merasakan nikmatnya permainan awal (foreplay) yang luar biasa. Kadang-kadang Ibu Ning menggigit kecil bibirku dan kedang mengulumnya dengan napsu, sambil tangan kanannya mengelus-ngelus batangku yang juga sudah mulai tegang.
Karena sudah nggak tahan dia minta saya pindah duduk berhadapan dengannya dan sambil mencium bibir dan mengelus puting jari kanan saya mulai mengelus vegynya yang ternyata mulai mengeluarkan lendir. Setelah itu Ibu Ning pindah ke pinggiran tempat tidur dan membuka pahanya lebar lebar, saya sambil jongkok dan mulai menjilat vegynya dimulai dari klitorisnya yang sebesar biji kacang tanah, dan membuat Ibu Ning duduk tapi terus menggerakkan pantatnya karena geli dan napsu. Sambil menjilat klitoris tangan saya memainkan puting susunya yang keras sambil sekali-kali meremasnya. Gerakan tubuh Ibu Ning sudah mulai tak beraturan karena disamping menahan geli juga napsu sex yang mulai meningkat.
Agar tidak merusak jilbabnya saya minta Ibu Ning mengganti posisi yaitu nungging diatas tempat tidur dan saya telentang agar bisa menjilat klitorisnya yang sudah mulai basah. Pantatnya mulai digoyangkan kekanan kekiri dan jari kanan saya dengan sedikit lotion mengelus celah pantatnya dan menurut Ibu Ning sangat nikmat rasanya. Celoteh Ibu Ning mulai nggak keruan..
�dik.. dik.. Teruss.. Achh nikmatnya..�
Mulut sayapun terus menjilat klitorisnya dan jari saya terus mengelus diantara bongkahan pantatnya dan lebih masuk lagi.
�Achh.. Mmmhh.. Teruss.. dik.. Aduh sudah nggak tahan nih..�
Akhirnya saya tetap telentang dan Ibu Ning minta agar masukan sikecil saya ke dalam vegynya.. Saya katakana bahwa silahkan aja kalau Ibu sudah nggak tahan dan saya minta agar Ibu masukin tapi membelakangi saya itu terasa lebih nikmat.. Dan.. Ternyata setelah masuk bless.. Bu Ning mulai.. Merintih sambil bergerak maju mundur..
�Mmmhh.. Ohh.. Enakk.. dik.. Bareng aja keluarnya..�
Saya katakan bahwa pelan-pelan aja bu.. Biar nikmat.. Sambil saya menjilat belakang nya.. Dan tangan ku meremas dan sekali memilin puting susunya..
�Aohh.. Nikmatt.. Mmmhh terus.. Tahan.. Biar keluar bareng.�
Karena posisi Ibu Ning diatas.. membuat dia cepat nyampenya.. Dan ketika dia sudah nyampe cepat-cepat dibalikkan badannya jadi posisi sekarang berhadapan dimana saya masih telentang.. Dan ini membuat saya lebih mudah menjilat susu dan sekali-kali menggigit kecil putingnya..
Kemudian kami berdua tidur karena capek sambil berpelukan. Dalam kepenatan tersebut saya masih sempat mencium keningnya, bibirnya dan kadang-kadang puting susunya saya jilatin karena sex bagi seorang wanita stw bukan hanya pada saat puncak namun juga sesudah menikmati orgasme, karena disitulah letak kepuasan seorang wanita.
Ibu Ning kemudian menawarkan kepada saya untuk pertemuan berikutnya dia akan membawa buasana muslimah dan berlibab yang lebih feminim untuk membuatku lebih bernapsu lagi, karena menurut Ibu Ning laki-laki biasanya suka dengan hal hal yang membuat dia penasaran dan saya katakan bahwa Ibu sangat baik terhadap saya. Dan siang itu Ibu Ning mengalami orgasme hingga 9 kali.dan 5 kali di tempat tidur dan 3 kali di ruang TV dan 1 kali kamar mandi sambil berendam.
Di kamar mandi kami lakukan foreplay dengan posisi duduk di dalam bathtub sambil berpagutan, saling mengelus menjilat dan kadang-kadang saling meremas, setelah foreplay permainan sex dilakukan dengan posisi duduk dan kadang berdiri dimana sebelah kaki Ibu Ning diangkat. Posisi berdiri ini ternyata membuat Ibu Ning sangat senang karena mulut saya lebih leluasa menjilat dari kening hingga ke puting susunya dan membuat Ibu Riapun melakukan hal yang sama terhadapku.
Setelah puas dengan permainan sex yang nikmat karena dimulai dengan foreplay yang asyik.. akhirnya Ibu Ning minta untuk membantu mengeringkan badabnya dengan handuk sekali lagi kami melakukan hubungan badan dan kami benar-benar puas karena keinginan saya yang selama ini hanya memandang wanita- buasana muslimah dan berjilbab, namun kali ini bukan hanya memandang namun sampai ke permainan sex yang memuaskan kedua belah pihak.
Memperlakukan seorang wanita yang anggun dengan lembut dan pelan tapi pasti akan membuat kenangan indah baginya, dan ini terbukti setelah 2 minggu berlalu Ibu Ning menelponku untuk kembali bertemu dan sesuai janjinya dia juga akan membawa buasana muslimah dan berlibab yang lebih feminim agar bisa lebih memuaskan aku. Terimakasih Ibu Ning atas kebaikanmu